Gas alam kini menjadi isu panas, dengan para pemimpin di seluruh Eropa memicu perdebatan. Menurut analis Bloomberg, tindakan para pemimpin Eropa dapat memicu perebutan global atas sumber daya yang berharga ini.

Eropa menghadapi kekurangan gas alam yang semakin meningkat. Jika negara-negara Uni Eropa gagal mencapai target cadangan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), situasinya akan semakin memburuk dan akhirnya memicu perebutan pasokan gas, para ahli memperingatkan. Namun, masalah ini dapat diminimalisir dengan mengoperasikan fasilitas produksi baru.

Bloomberg melaporkan bahwa Eropa saat ini memiliki cukup cadangan gas untuk melewati musim dingin. Namun, terdapat risiko signifikan, terutama penghentian transit pipa gas Rusia melalui Ukraina, yang diperkirakan akan menciptakan defisit pasokan di zona euro pada 2025.

Menurut ahli strategi mata uang di Bank of America, semua impor LNG tambahan tahun ini akan digunakan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh absennya gas Rusia. Sol Kavonik, analis energi di MST Marquee, berbagi pandangan ini, dengan mengatakan bahwa Eropa akan membutuhkan impor tambahan sebesar 10 juta ton LNG setiap tahun untuk memenuhi permintaan—hampir 10% lebih tinggi dari level tahun 2024.

Akibatnya, para pemimpin Eropa mungkin akan mengalihkan pasokan LNG yang sebelumnya ditujukan untuk Asia. Skenario ini dapat mendorong harga gas naik tajam dan memicu persaingan sengit untuk sumber daya. Negara-negara berkembang di kawasan Asia-Pasifik berpotensi menjadi pihak yang paling dirugikan. Negara-negara seperti Brasil, Argentina, dan Mesir juga diperkirakan akan menghadapi dampak negatif.

Sebelumnya dilaporkan bahwa negara-negara Eropa telah membeli LNG Rusia dalam jumlah besar. Tahun lalu, mereka membeli 17,8 juta ton gas Rusia, meningkat 2 juta ton dibandingkan tahun 2023, menurut para ahli.